Jeritan Hati Anak Indigo(Sumber dari wulanwahyuning.blogspot.com))
Menjadi Anak Indigo yang Ikhlas
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS1Bax1uKbgn0tK39tFmhN6OWd6IehuJf6oACeeyow70HZBuRMVaCdPRpocx3cMw4Cx_eoeAm2g2zb1u-v-5d_Tul3TYpuXjIx8lSagYhT5sr93Z4L4oCd-V-QeK7iOCE9toDd42paiGs/s400/images+5.jpg)
Setiap orang tentulah memiliki keunikan tersendiri, tapi apakah kalian sudah mengidentifikasi diri kalian sendiri, di manakah keunikan kalian? Misalnya kalian berbakat di sastra, kalian penuh empati, kalian berbakat di musik, kalian penuh intuisi? Setidaknya dengan identifikasi tersebut, hidup kalian akan lebih menarik.
Ya, aku sadar aku anak indigo. Tapi dahulu kala, aku belum mengerti cara mengoptimalkan keberadaanku ini sebagai anak indigo. Dulu, aku hanya butuh pengertian dari orang lain. Bagiku, mereka harus mengerti bahwa aku harus dipahami, bahwa aku anak indigo. Apa yang aku lakukan, apa yang aku rasakan, harus dapat mereka pahami, harus dapat mereka renungkan. Petuah dariku harus dapat mereka cerna dengan baik. Pada akhirnya, kini aku sadar, bukan itulah tujuanku sebagai anak indigo.
Dalam setiap hal, kita harus ikhlas, setidaknya harus mencoba untuk ikhlas, karena ikhlas itu tak ada habis-habisnya, seperti kita belajar tentang sesuatu hal, itu juga tidak akan ada habis-habisnya. Setiap harinya kita umumnya menemukan fakta baru tentang apa yang kita pelajari. Demikian pula dengan upaya keikhlasan menjadi seorang anak indigo.
Jika dulu, aku hanya ingin memperingati orang, sekarang tidak lagi. Aku telah belajar untuk memahami orang lain. Menolong mereka semampu aku. Sama seperti dirimu, diri kalian, yang pastinya telah banyak menolong orang lain. Memberikan pensil kesayanganmu untuk temanmu, itu juga bentuk pertolongan murni.
Aku tidak ingin lagi berkata, "hati-hatilah kawan, bertobatlah kawan," dan lainnya. Aku kini menilik kepada diriku sendiri, kawan. Bukankah saat kita ingin membayar suatu barang yang kita beli, pastilah kita menggunakan uang kita sendiri dulu, bukan? Baru saat kita menyadari uang kita terlalu besar, mungkin kita akan meminjam uang teman kita atau saudara kita, dan di luar toko, kita akan berusaha mengganti uang tersebut.
Menjadi seorang indigo yang ikhlas adalah menjadi indigo yang tidak membanggakan dirinya sendiri, yang tidak mengatakan "sekarang zamannya orang setengah telanjang", padahal belum tentu aurat diri kita tertutup rapat dan benar. Menjadi seorang indigo yang ikhlas adalah berupaya menolong orang lain, dan menentramkan hati orang lain. Setiap harinya banyak orang yang sering bercerita padaku. Aku tidak mencarikan solusinya, hanya menanggapi dengan positif, baik cerita tentang kepesimisan, tentang kegalauan. Kadang, dengan hanya seperti itu, kita bisa berbicara dengan jiwa mereka, sehingga mereka menjadi tenang.
Apakah bermanfaat jika hanya bisa memberi peringatan, tanpa bisa mencegahnya? Apakah bermanfaat jika hanya menilik sisi orang lain, tanpa bisa membuat orang itu menjadi lebih baik? Apakah bermanfaat jika hanya bisa mengamati keadaan, tanpa bisa menarik benang merah, dan tanpa bisa menemukan sisi positif dalam keadaan tersebut? Apakah bermanfaat jika hanya bisa mengatakan "disini banyak energi buruk" tanpa tahu solusi bagaimana menghilangkan energi buruk itu? Rasanya lebih bermanfaat jika aku dipenuhi dengan keikhlasan, yang mungkin saja makna keikhlasan itu berbeda kadarnya untuk setiap orang. Tapi toh tujuannya sama, untuk kebaikan, kebaikan, dan kebaikan.
Untuk setiap anak indigo, ikhlaslah. Kita tidak butuh pengakuan, karena setiap orang memiliki persepsi berbeda. Yang kita butuhkan, bagaimana cara kita menolong orang lain, walaupun hanya dengan rangkulan kita, walaupun hanya dengan mendengarkan keluh kesah mereka. :)
Komentar